Selamat Pesta Emas, Rama!


IMG_0552 Minggu, 27 Desember 2009 adalah hari Minggu istimewa bagi Paroki St. Antonius Muntilan. Terlebih bagi Rama Joannes Subagya, SJ; Rama Antonius Soetanto, SJ; dan Rama Florentinus Subroto Widjojo, SJ. Istimewa karena selain hari Pesta Keluarga Kudus dan masa perayaan Natal, hari itu mereka juga merayakan 50 tahun hidup membiara.

Dalam homilinya, Rama Subagya mengatakan bahwa perayaan dengan pesta sebetulnya tidaklah terlalu penting. Namun, agar seluruh umat juga bisa ikut merasakan kebahagiaan bersama para pastor, maka Rama Subagya tidak keberatan dengan diadakannya pesta kecil untuk merayakan 50 tahun hidup membiara.

Bagi Rama Subagya, kesenangannya adalah ketika mengikuti Perayaan Ekaristi dan menerima Sakramen Mahakudus. Bagi Beliau, yang terpenting adalah doa, mendengarkan Sabda Tuhan, dan menerima komuni. Doa adalah yang terpenting karena membawa rasa sukacita dan memberikan motivasi bagi kita untuk berpikir dan berbuat hal-hal yang baik.

Tak heran jika Rama Subroto kemudian mengatakan bahwa beliau merasa iri terhadap rama-rama lain yang ditugaskan di paroki. Jika para pastor yang ditugaskan di paroki bisa mengikuti ekaristi tiap hari, maka tidak demikian halnya dengan Rama Subroto.

Pelayanannya sebagai pastor kategorial membawa beliau berkarya selama lebih dari 18 tahun di Majalah Hidup. Rama Broto juga masih aktif menerbitkan Renungan Harian. Dengan renungan harian, umat yang mungkin tidak bisa mengikuti Ekaristi tiap hari dapat tetap akrab dan jatuh cinta dengan Alkitab. Ekaristi bagi beliau adalah ungkapan syukur.

Selama hidup membiara selama 50 tahun lebih (mulai pada tanggal 7 September 1949), Rama Broto banyak memberikan pendampingan untuk masalah-masalah keluarga. Rama Broto berpesan agar anak-anak diajari berpikir kritis. Dalam melihat media hendaknya jangan hanya dilarang-larang tapi diajari berpikir kritis.

Lain lagi kisah Rama Soetanto. Waktu Beliau masih kecil, Rama Tanto terpaksa ditinggal mengungsi oleh orang tuanya di rumah sakit karena kakinya cidera. Sejak itu, Rama Tanto dididik dengan keras oleh Rama Suta Pamitro hingga akhirnya Rama Tanto memilih panggilan imamat.

Meski usianya sudah tidak muda lagi, bahkan sudah menjalani operasi berkali-kali, Rama Tanto sampai sekarang masih tetap aktif. Jika Rama Bagyo kecintaannya adalah pada elektronika, Rama Broto pada alkitab dan tulis menulis, maka Rama Tanto jatuh cinta pada musik terutama paduan suara. Dengan pengalaman belajar musik di luar negeri, pengetahuan Rama Tanto soal musik tidak perlu dipertanyakan lagi.

Tidak hanya terlatih membimbing kor Ascensio selama 31 tahun, Rama Tanto juga membuat dan mengarransemen berbagai lagu. Beliau juga menerbitkan buku kumpulan lagu-lagu. Tujuannya tentu agar dinyanyikan umat Katolik. Namun ternyata apresiasi lebih besar justru datang dari umat Kristen.

Bagi tiga pastor ini, merayakan 50 tahun hidup membiara memberikan kesan bagi masing-masing pastor. Dengan talenta masing-masing, mereka turut mengembangkan umat di mana mereka berada. Yang pasti tentunya rasa sukacita yang terpancar ketika ketiga Rama tersebut memimpin perayaan Ekaristi bersama-sama. Apalagi Ekaristi diiringi lagu-lagu indah yang dibawakan oleh kor Ascensio (menyertai Rama Tanto dari Jakarta) dan kor anak-anak Muntilan. [fib]

Foto-foto lebih lengkap: www.buletinjendela.co.nr/foto

Comments
2 Responses to “Selamat Pesta Emas, Rama!”
  1. Sr Marsela,SSpS berkata:

    congratulation!!! utk para Romo Jesuit. Waktu masih menjadi Mahasiswi di Jogja saya sering mengikuti Ekaristi di Gereja Kota Baru, karena hanya ingin mendengarkan kotabah para pastor yang bagus.
    Salam dan doaku,
    Sr Marsela, SSpS
    Misionaris Russia.

  2. Ptr nym werna berkata:

    Slmt pesta imamat romo…

Silakan tinggalkan komentar, kritik, atau saran Anda di sini. Kami akan segera membalasnya sesegera mungkin. Terima kasih.